Padaawalnya siswa tersebut terlihat sangat tertekan ketika mengikuti mata pelajaran apapun yang diberikan oleh guru, bahkan Abdilah terkesan seperti proses belajar mengajar bagaikan musbah baginya. Ia juga jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru baik itu tugas di sekolah maupun pekerjaan rumah (PR). BelajarPenjarian dengan Bermain Recorder tanpa Recorder. SINOPSIS. Video ini berisi tentang kegiatan belajar anak dalam mempelajari teknik penjarian bermain recorder / suling tangga nada 1 = C pada siswa kelas 4 SD. Pada awal pertemuan guru menyampaikan apersepsi dengan penjelasan bagaimana cara memainkan alat musik sederhana yaitu recorder BelajarMenulis di Blog itu mengasikkan, tanpa ada perintah dari-Nya. Alam semesta mengembang. Lalu cahaya tetap pada kecepatannya. Aceh. Bekerja sebagai PNS guru Seni Budaya di MTsN 5 Pidie. Sebelum nya ia juga pernah bekerja sebagai guru di SMK N 1 Mesjid Raya Aceh Besar (2014-2019) dan Dosen di ISBI Aceh (2015-2017). Bukukubagaikan laut yang tiada pernah habis memberi Hal ini otomatis menyulitkan guru dan siswa yang terpaksa belajar tanpa menggunakan buku sama sekali. Pendidikan mustahil dilakukan tanpa adanya buku pegangan guru dan siswa. Keberadaansoft copy yang diberikan Dinas Pendidikan, menurut dia, tidak menyelesaikan persoalan Bagaikankursi tidak bertumpu (8) Belajar untuk raih faedah Bukan sekadar raih ijazah (9) Mencari ilmu wajib hukumnya Baik si kanak atau si tua (10) Ilmu jangan hanya dihafalkan Namun juga harus diamalkan (11) Guru yang BelajarVocal Tanpa Guru. Posted by Unknown 10:22 PM, under Tutorial Musik | No comments. Belajar Vocal Tanpa Guru, Banyak orang yang ingin belajar vocal atau kepingin bisa nyanyi..? Nah, disini ada sedikit tips yang didapet dari VC4VsWh. Apakah Anda sedang mencari aplikasi belajar online gratis, jika iya? maka Anda berada di website yang tepat. Karena pada artikel kali ini kami akan membagikan aplikasi belajar online terbaik gratis tanpa biaya cocok untuk semua kalangan pelajar seperti SD, SMP, SMA, SMK, hingga lupa berdoa biar ilmunya berkah!Dengan menggunakan 9 aplikasi belajar online gratis dibawah ini kamu bisa menggunakan fitur baik gratis maupun berbayar ya! Langsung saja yuk simak!1. Rumah Belajar aplikasi belajar online dari PemerintahDepartemen Pembelajaran serta Kebudayaan Kemendikbud Republik Indonesia sudah meluncurkan aplikasi belajar online free bernama Rumah lewat aplikasi ini didukung dengan video, audio, foto, sampai animasi interaktif. Jadi, aktivitas belajar tidak hendak pula bermacam- macam fitur menarik, semacam Sumber Belajar, Laboratorium Maya, Kelas Maya, Peta Budaya, serta seTARA DARINGseTARA daring merupakan suatu aplikasi Learning Management System LMS yang dirancang buat pendidikan jarak jauh, dengan tagline- nya Belajar Kapan Saja, Dimana Learning Management System LMS, seTARA Daring sediakan kelengkapan pendidikan dari perancangan, penerapan pendidikan, hingga ke evaluasi secara pendidikan daring terbaik ini dirancang oleh Direktorat Pembinaan Pembelajaran Keaksaraan serta Kesetaraan dari Departemen Pembelajaran serta Kebudayaan Kemendikbud Republik platform online seTARA Daring, aktivitas kelas digital untuk para siswa serta guru bisa berjalan lebih gampang serta serba satu keunggulan aplikasi seTARA Daring ialah sudah tersambung serta terintegrasi dengan Sumber Belajar, sehingga guru bisa mengelola pendidikan online dengan nyaman serta Ruang GuruRuangguru ialah salah satu tutorial belajar online terlengkap di Indonesia yang sudah muncul berbasis Ruangguru sediakan bermacam- macam fitur berguna buat pendidikan daring, antara lainVideo Belajar AnimasiFitur ini membolehkan kalian menyaksikan puluhan ribu video belajar animasi yang dianjurkan oleh Master video bisa diunduh, jadi kalian dapat tonton berulang- ulang tanpa memakai kuota hanya itu diruang guru ini kamu bisa konsultasi melalui video dan kamu juga dapat mengganti background layaknya Soal serta PembahasanTerdapat lebih dari ratusan ribu soal serta ulasan dengan tingkatan kesusahan berbeda- beda, tercantum Higher Order Thinking Skills HOTS.Nantinya, hasil latihan hendak langsung keluar diiringi dengan ulasan Materi BimbelFitur ini menyajikan rangkuman menarik dari tiap modul bimbel secara visual lewat LearningDengan aplikasi Ruangguru, tiap siswa dapat melaksanakan audio call buat dialog menimpa modul dengan para guru Master Teacher.4. QuipperBicara soal tata cara pendidikan online efektif, terdapat satu aplikasi yang harus terdapat di smartphone kalian ialah Quipper aplikasi yang dibesarkan oleh pengembang Quipper Ltd ini hendak menolong kamu menguasai dengan baik seluruh modul pelajaran di modul yang dianjurkan di mari sudah disesuaikan dengan kurikulum formal dari modul itu ada dalam wujud video interaktif. Tetapi, buat memandang video itu, kalian wajib Quipper juga membolehkan kalian buat mengendalikan sendiri agenda belajar tiap minggu. Menarik sekali, bukan?5. ZeniusDalam dunia bimbingan online, Zenius dapat dibilang telah lama berkiprah. Apalagi, saat ini Zenius sudah muncul berbasis aplikasi ini sediakan bermacam fitur menarik buat belajar online, semacam Bank Soal, Tes Berbasis Pc, Analisis& Rekapitulasi, Video& Latihan Soal, serta Laporan Kelas PintarSusah menguasai pelajaran sekolah sebab metode uraian yang membosankan? Ayo, belajar asik saja di aplikasi pendidikan daring terpercaya bernama Kelas besutan PT Extramarks Education Indonesia ini membagikan pemecahan belajar lengkap secara online buat siswa SD, SMP, hingga Pintar bisa diakses tiap hari. Terdapat 3 tata cara belajar interaktif di mari, ialah Learn, Practice, serta siswa hendak diberikan uraian modul lewat video, audio, animasi, novel pelajaran online e- book, serta Google Suite for EducationGoogle Suite for Education sediakan fitur- fitur buat menolong siswa serta guru melaksanakan kegiatan belajar- mengajar di mana juga serta kapan juga, baik secara online ataupun satu fitur yang diartikan misalnya Classroom. Guru dapat membuat“ kelas” yang diiringi oleh siswa- siswanya. Dalam“ kelas” tersebut, guru dapat melaksanakan obrolan tertulis, membagikan tugas, membagikan evaluasi, apalagi streaming video.“ Google Suite for Education free serta hendak senantiasa free buat sekolah,” demikian tertulis dalam situsnya. Kamu juga dapat memanfaatkan beberapa aplikasi download video you tube tercepat dengan Google suite Microsoft Office 365 for EducationOffice 365 Education mencakup fitur Word, Excel, PowerPoint, OneNote, Microsoft Teams, plus perlengkapan ruang kelas yang layanan ini, guru serta murid dapat menghasilkan ruang kelas yang terus terkoneksi secara online. Layanan ini dapat diperoleh secara free cuma dengan memasukkan alamat email sekolah yang legal dalam halaman Microsoft Indonesia yang mangulas tentang produk Office 365 SekolahmuSekolahmu sediakan bermacam- macam modul ajar yang dapat diakses lewat aplikasi ataupun web resminya. Modul pelajaran yang disediakan sudah disusun dengan mengaitkan beberapa lembaga pembelajaran, semacam Sekolah Lazuardi, Cikal, serta Yayasan ini, Sekolahmu tengah membuka seluruh modul pelajarannya secara free bersamaan kebijakan pemerintah buat belajar dari rumah di tengah wabah corona. Dalam web Sekolahmu pula ada tahap sekolah online free dengan format live streaming lewat Youtube, dipimpin guru dari bermacam juga Tips Lulus Tes Psikotes Online, Kepribadian, Gambar Pohon, WarteggDemikianlah aplikasi belajar online gratis yang dapat kamu coba semua fiturnya secara gratis untuk kenyamanan kelas online kamu. Selamat belajar! loading...Ustaz Miftah el-Banjary, Dai yang juga pakar ilmu linguistik Arab dan Tafsir Al-Quran asal Banjar Kalimantan Selatan. Foto/Ist Ustaz Miftah el-BanjaryPakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'anPepatah Arab mengatakan, "Wa innamal 'ilmu bitta'allum. Ilmu itu harus berguru." Pepatah ini sudah menjadi pakem bagi siapa saja yang ingin alim, ingin berilmu , harus berguru. Sebab ilmu tidak akan hasil sempurna kecuali memiliki seorang guru, seorang ini banyak orang yang merasa berilmu hanya dengan membaca artikel di Google, belajar agama di Youtube, berguru di media sosial. Lalu merasa lebih berilmu dari orang yang duduk puluhan tahun membaca kitab di hadapan seorang guru. Baca Juga Al-Qur'an menegaskanهَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ"Tidak akan pernah sama orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu pengetahuan..." QS az-Zumar Ayat 9Menguasai keilmuan agama yang layak disebut alim itu tidak semudah membuka website dan PDF atau membaca buku-buku terjemahan. Perlu puluhan tahun menghapal matan-matan kitab kuning. Tanya saja para tuan guru, kiyai, ustaz-ustaz pesantren itu bagaimana perjuangan mereka. Ironisnya, ada orang belum pernah baca kitab, belum punya sanad keilmuan, mengklaim anti mazhab, anti fatwa, anti maulid, anti tahlil, anti bid'ah, anti ziarah kubur sebagainya. Bahkan, sekiranya dipaparkan pendapat para imam semisal Imam Suyuthi, Imam Ibn Hajar al-Asqalani, Imam Nawawi, para ulama terdahulu yang tidak diragukan lagi hujjah serta pemahaman mereka terhadap teks-teks Al-Qur'an dan hadits, mereka menolak disebabkan kejahilannya. Ada baiknya tidak saling menuding dan menyalahkan selama persoalan itu masih dalam perdebatan para ulama. Tentu, setiap perdebatan para ulama terkait persoalan khilafiyyah bukan menjadi ranah orang awam ikut mencela serta membid'ahkannya, bukan?Sayangnya, para penuntut ilmu bermazhab Googliyyah ini, seringkali ketika diminta menjelaskan karya para ulama dari literatur klasik Arab gundul, tanpa harakat kebanyakan mingkem, tidak mampu menjelaskan dengan berbagai alasan. Bahkan tidak tahu apa itu ilmu Nahwu dan Sharaf, Manthiq, Balaghah, Dilalah belum dipelajari, apalagi dikuasai. Sebuah dalil itu tidak ujug-ujug ada begitu saja. Tidak cukup melahirkan sebuah pendalilan dari terjemahannya Al-Qur'an semata. Terjemahan itu hanya alih bahasa untuk mendekatkan pemahaman, bukan makna hakiki. Prosesnya panjang. Baca Juga 15 Ilmu Ini Harus Dikuasai Jika Ingin Menafsirkan Al-Qur'anUntuk mengetahui sebuah makna suatu kata, perlu mempelajari dahulu ilmu Dilalah atau ilmu semantik Arab. Untuk mengetahui makna dilalah, harus masuk dulu pada analisa dilalah mu'jamiyyah semantik makna kamus, baru dilalah nahwiyyah, sharfiyyahhinggasiyaqiyyah. Kebetulan ini bidang kajian saya dan saya mengajarkan kata Quru dalam Al-Qur'an dia bermakna ganda. Quru bisa berarti suci, Quru bisa berarti haid. Maknanya mengandung ambigiutas. Sama kata "Kafara" bisa bermakna keluar dari iman, bisa juga menghapuskan pemaknaan secara semantik yang beragam ini nanti akan memunculkan berbagai intepretasi dan tafsiran dari berbagai para mufasir. Maka oleh karena itu, mengapa ada banyak ragam kitab-kitab tafsir yang ditulis oleh para ulama kita sejak abad pertama, pertengahan hingga modern ini. Fenomena ini tidak pernah sunyi dan menentukan sebuah pendalilan yang melahirkan istinbath/ketetapan hukum juga tidak sederhana. Seseorang perlu memahami apa itu istilah Ushuli, seperti Am, Khas, Muaqayyad, Muthlak, Sharih, Mujmal, dan lain pula dalam pendalilan dari sebuah hadis, perlu memahami dan menguasai, apa itu istilah Asbabul Wurud, Tarajim, Rijalul Hadits, Tsiqqah, Mudallas, Mardud, dan sebagainya. Baca Juga Para Fuqaha membagi dasar hukum syariat itu hanya ada pada landasan Halal, Haram, Wajib, Sunnah, Makruh, Mubah. Tidak ada kategori hukum itu dikenal istilah hukum Bid'ah. Tidak ada dalam literatur Fiqh seperti demikian itu. Silakan dikaji dan jika hanya sebatas berguru di internet, ya percaya saja dengan ulama yang sudah diketahui kapasitas keilmuannya dimana, dengan siapa dia berguru, di institusi mana dia belajar, seperti apa dan bagaimana cari yang jelas-jelas sedikit-dikit orang yang berpenampilan ustaz, lantas dengan mudahnya dipanggil dan dianggap ustaz, lihat dulu bacaan Qur'annya, pemahaman ilmu fiqihnya. Jangan mudah melabeli seseorang ustaz, kasihan kalau tidak mumpuni bisa terjebak pada label itu. Nanti justru menyesatkan berfatwa tanpa didasari keilmuan. Apalagi tentang pengetahuan agama yang membawa keselamatan dunia dan akhirat. Karena itu, perlunya memiliki guru dan sanad keilmuan . Baca Juga Wallahu A'lamrhs Ma’had Aly – Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim. Kewajiban menuntut ilmu telah dianjurkan didukung beberapa dalil, sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW berikut طلب العلم فريضة علی كل مسلم و مسلمة “Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap orang muslim dan muslimat.“ Di dalam kitab Ta’lim Muta’alim karya Imam Az-Zarnuji dijelaskan bahwasanya tidak diwajibkan setiap muslim dan muslimat untuk menuntut semua ilmu, akan tetapi menuntut ilmu sebagaimana keadaannya. Menjadi santri yang menuntut ilmu menjadikan dirinya memiliki keutamaan dan derajat yang tinggi. Sebagaimana firman Allah SWT يرفع الله الذين امنوا منكم و الذين اوتوا العلم درجات “Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan mereka yang menuntut ilmu.“ Terlebih banyak keutamaan menuntut ilmu dijelaskan dalam banyak hadis Nabi. Seperti hadis berikut ini. من غدا لطلب العلم صلت عليه الملائكة و بورك له فی معيشته “Siapa orang yang pagi hari menuntut ilmu maka para malaikat akan membacakan shalawat untuknya dan diberkahi kehidupannya.“ Banyak fadhilah orang yang mencari ilmu, juga orang yang mengajarkan serta mereka yang mengamalkan ilmu. Mempelajari ilmu, terutama ilmu agama hendaknya dipelajari melalui guru walaupun keadaan zaman sekarang banyak ilmu praktis nan simpel tersedia di laman tertentu, contoh jika ibu jarinya mengetik satu dua kata yang ingin diketahuinya di tab pencarian, sudah banyak muncul jawaban dari persoalan yang ia tanyakan. Namun dari kemudahan itu, justru kenikmatan menimba ilmu tak didapatkannya. Orang yang belajar melalui seorang guru akan jelas sanad gurunya daripada orang yang belajar otodidak melalui media praktis. Dikhawatirkan bagi mereka yang belajar tanpa guru, akan mudah terjerumus ke dalam ajaran yang menyimpang dan membuat bingung diri sendiri, sebab tiada keteguhan dalam ilmu yang dipelajarinya. Maka dari itu, sangat tidak dianjurkan jika seseorang belajar tanpa guru. Ilmu didapat tidak cukup secara otodidak, akan tetapi yang paling penting adalah adanya sosok guru yang menjadi pembimbing agar tidak kesasar dalam mengarungi kehidupan dan juga dalam beragama. Di dalam kitab Bajuri disebutkan bahwa siapa yang tidak memiliki guru yang ia jadikan pembimbing, maka gurunya adalah syaitan. من لا شيخ له فشيخه الشيطان “Barang siapa yang tidak memiliki guru, maka gurunya adalah syaitan.“ أبو يزيد يقول من لم يكن له أستاذ فإمامه الشيطان Dalam redaksi lain, Abu Yazid berkata “Dia yang tidak memiliki guru, maka imamnya adalah syaitan.” يقول عبد الكريم القشيري الشافعي في رسالته المعروفة بالرسالة القشيرية يجب على المريد أن يتأدب بشيخ فإن لم يكن له أستاذ لا يفلح أبداً. “Abd al-Karim al-Qushayri al-Shafi’i mengatakan dalam risalahnya yang dikenal sebagai al-Risalah al-Qushayri bahwa seorang murid harus didisiplinkan oleh seorang syekh guru, dan jika dia tidak memiliki seorang guru, maka ia tidak akan pernah berhasil.” Bahayanya Belajar Tanpa Guru KH. Ahmad Baha’udin Nur Salim atau yang dikenal dengan Gus Baha’ menyampaikan di dalam kitab Adab Al-Alim wa Al-Muta’allim karya Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, beliau berkata ان يصحح ما يقرٶه قبل حفظه تصحيحا جيدا اما علی الشيخ او علی غيره ممن يتقنه ” Seorang murid santri harus mentashih membenarkan bacaannya sebelum menjaganya dengan tashih yang benar kepada guru atau kepada orang yang diyakininya.“ Dari sini Gus Baha’ menegaskan bahwa orang yang belajar tanpa guru sangat berbahaya dan orang yang belajar harus mentashih bacaannya sebelum menjaga ilmunya. Dalam mentashih bacaan saja pun harus memiliki guru, terlebih banyak fan keilmuan lain yang wajib memiliki guru sehingga jelas sanad keilmuannya. Dapat diambil kesimpulan, orang yang belajar harus ada seorang yang membimbing dan juga ahli dalam keilmuannya. Ada suatu kisah seorang dokter yang bernama Tuma Al-Hakim. Orang tuanya ialah seorang dokter dan mewariskan banyak buku kedokteran kepadanya. Ia pun sibuk menelaah buku-buku dan membaca buku tersebut. Di saat ia membaca buku tersebut, ia menemukan kalimat berikut. الحبة السداء شفاء من كل داء “Habbatussauda’ jintan hitam adalah obat untuk segala penyakit.“ Buku yang ia baca sudah usang dan mengalami kesalahan saat ditulis. Alhasil satu titik huruf ba’ dalam penglihatannya menjadi dua titik, yakni huruf ya’. الحية السوداء شفاء من كل داء “Ular hitam adalah obat untuk segala penyakit.“ Disebutkan dalam beberapa kisah bahwa ia menyebabkan kematian banyak orang, sebab memberi obat yang terbuat dari ular hitam. Contoh tersebut menunjukkan bahwa betapa bahayanya jika seseorang menelaah atau belajar suatu ilmu tanpa guru. Olehsebab itu, tidak diperbolehkan belajaragama secara praktis lewat media-media sosial yang belum jelas dari lisan mana ilmu tersebut dinukil, karena hal itu akan menjadikan kesesatan bagi diri sendiri dan orang lain. Kontributor Robiihul Imam Fiddaroini, Semester 3 Post Views 3,699 Mangunwijaya pernah mengatakan, “Guru bagaikan bidan yang membantu lahirnya perkembangan karakter, pengetahuan, dan keterampilan yang dibawa oleh masing-masing anak.” Setiap anak sejatinya memiliki kecerdasan yang amat spesial. Mereka memiliki modal dasar dalam tumbuh kembangnya sebagai manusia. Tugas pendidikan adalah memupuk bakat anak kita dan mengawal kecerdasannya tumbuh optimal. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa tugas seorang guru adalah menyelam ke jiwa anak. Dengan menyelam ke jiwa anak, guru dapat menuntun anak memahami diri dan lingkungannya. Guru dapat mendorong anak didiknya mengoptimalkan apa yang menjadi kecerdasan yang menonjol pada diri anak itu. Baca juga Guru Menurut Willem Iskander Peran Guru Peranan seorang guru bukanlah hal yang mudah. Menjadi guru memerlukan kesabaran dan cinta kasih. Kerja seorang guru tidak sekadar menyiapkan pembelajaran dan mendidik anak didiknya. Kerja guru adalah mendidik anak sesuai kodrat alam. Artinya guru tidak boleh melupakan dasar alamiah anak sebagai makhluk bermain. Mereka anak-anak harus diajak sebisa mungkin terus merasakan senang dan gembira dalam belajar. Dalam belajar di sekolah itu pula guru mesti memahami kodrat alam atau situasi zaman yang melingkupi si anak didik. Semakin ke depan tantangan pendidikan menjadi tidak mudah. Ruang belajar yang semakin modern dan tak seluas dulu, tangan dan kaki anak-anak kita tidak seperti anak-anak di masa lalu yang akrab dengan alam. Mereka anak-anak sekarang adalah anak yang intim dengan gadget dan ponsel pintar, pergaulan mereka juga tidak seluas anak-anak di masa lalu. Televisi menjadi teman keseharian yang sering dipeluk ketimbang pohon dan juga hewan-hewan di persawahan. Anak-anak kita semakin jauh berjarak kepada kebudayaannya sendiri. Gamelan, gendhing, serta kesenian tradisional kepunyaan mereka makin tak bisa dijangkau dan berjarak. Dalam keadaan seperti itulah, peranan guru diperlukan. Ki Hajar Dewantara [1927] telah menyindir keras situasi ini puluhan tahun lampau. Ia mengatakan, ” Kita hidup seperti orang yang menumpang di hotel kepunyaan orang lain, tak mempunyai nafsu akan memperbaiki atau menghiasi rumah yang kita tempati, karena tak ada perasaan bahwa rumah itu rumah kita. Hidup kita seperti di hotel asal makan, enak tidak enak, dapat plesir-plesir, sudah cukup, itulah hidup orang borjuis.” Kebudayaan dan khazanah tradisional yang kita punya yang sarat nilai hidup dan kearifan telah semakin terkikis di mata anak didik kita. Bila guru pun tidak memiliki pengetahuan dan kepedulian akan budayanya sendiri bisa dibayangkan bagaimana nasib kebudayaan kita di masa depan. Kita mesti belajar tentang jawa ke Belanda maupun indonesianis Amerika. Muatan lokal dan kekayaan kebudayaan Indonesia memang telah menempati posisi pinggir. Ini disebabkan kurikulum kebudayaan di pendidikan Indonesia tak terlampau digubris oleh pemerintah. Budayawan Radar Panca Dahana memberi kritik tajam terhadap situasi ini. Peminggiran dan penempatan kebudayaan dalam arus besar program pemerintah menjadi bukti bahwa kebudayaan tidak menjadi prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia. Mungkinkah Sekolah Tanpa Guru? Tradisi guru-murid dalam pendidikan kita di masa lampau amatlah kental. Sistem guru-murid dibangun atas kharisma dan keahlian mumpuni sehingga murid berbondong-bondong datang berguru. Dalam sistem pesantren, ilmu tidak sebatas ilmu dunia apalagi sekadar ilmu mencari duit dan pekerjaan. Dalam pesantren itulah ilmu hidup dan mengarungi hidup diajarkan. Pendidikan di pesantren mengandalkan tidak hanya interaksi fisik yang intim namun juga batin yang kokoh. Semakin modern zaman, pendidikan berbasis pesantren pun bergeser dan berubah pola. Intensitas hubungan fisik dan batin mulai berkurang. Teknologi dan bahasa asing mulai menjadi andalan utama pesantren modern. Yang lebih kentara adalah peranan dan hubungan “guru-murid” yang mulai luntur. Menjamurnya model pendidikan berpatron asing dan kurikulum berbasis barat menjadi trend yang banyak diminati. Sementara itu, semakin sibuk anak-anak kita belajar akademis dengan persaingan yang cukup ketat di sekolah modern, belum memuaskan anak-anak kita. Mereka memerlukan tambahan jam belajar melalui privat atau bimbel berbasis online. Dalam situasi seperti itulah peranan guru makin dihilangkan. Mereka para guru tidak perlu lagi capek dan repot menerangkan beban pelajaran yang berat. Sebab anak dituntut bisa lebih banyak belajar secara mandiri. Dalam posisi yang seperi itulah kondisi guru kita saat ini. Bisakah guru-guru kita bertahan dengan modal pengetahuan dan pengalaman mumpuni menghadapi situasi yang demikian?. Bila yang diandalkan hanya intelektualitas dan juga metode tanpa kearifan dan kepedulian terhadap nasib anak didik kita ke depan? Maka bukan tidak mungkin sekolah kita ke depan adalah sekolah tanpa guru. Sekolah tanpa sentuhan fisik terlebih batin. Sekolah tanpa didikan adab apalagi kultur yang kita punya. Sekolah yang kehilangan jati dirinya di rumah bangsanya sendiri. Sumber gambar pixabay Ilmu adalah gedung, sedangkan kuncinya adalah bertanya, belajar agama tanpa guru seperti dibimbing oleh “setan” AKHIR-akhir ini kita sering mendengar himbauan dan saran untuk mempelajari ilmu agama hanya dengan berpedoman pada buku-buku yang dibeli tanpa perlu berkonsultasi dan dengan para ulama. Mereka juga merasa yakin dengan pemahamannya sendiri seolah menyamakan tingkat ilmu agama yang sangat rumit dan membutuhkan penjelasan dari para ulama dengan ilmu-ilmu duniawi lainnya. Kemudian ada kelompok tertentu yang merasa cukup mumpuni untuk memasuki bidang ini hanya dengan membaca buku saja. Gejala ini mengundang berbagai dampak negatif, antara lain lemahnya pemahaman dan pendalaman dalam suatu bidang ilmu dengan gambaran nyata. Hal ini karena ilmu Islam tidak hanya memuat fakta dan pernyataan, sebenarnya membutuhkan pemahaman yang jelas dari dada para ulama yang mengambil ilmu dari ulama sebelumnya hingga sampai kepada Nabi Muhammad ﷺ. Tanpa bimbingan dari para ulama atau guru, jika terjadi salah paham ketika membaca, seseorang akan terus tersesat pemahamannya dan berakibat menyesatkan orang lain. Itulah sebabnya ada pernyataan bahwa mempelajari agama sendiri dengan kitab-kitab saja tanpa bimbingan seorang ulama/guru seperti dibimbing oleh setan walaupun kebanyakan ulama menganggap pernyataan ini bukan hadits melainkan Ibnu Arabi dalam kitabnya al-Futuhat al -Makiah menganggap bahwa pernyataan ini adalah hadits. Karena masalah ini telah menjadi perdebatan, saya ingin meluangkan waktu untuk menjelaskan masalah ini. Semoga penjelasan singkat ini bermanfaat bagi semua pihak. Ulama adalah pewaris para Nabi Kata ulama merupakan bentuk jamak dari akar kata alim yang berarti orang yang memiliki ilmu yang sangat dalam. Hal ini berbeda dengan kata alim yang berarti orang yang mengetahui tetapi belum tentu mengerti. Kata-kata ulama ini telah disebutkan di beberapa tempat dalam al-Quran al-Karim dan al-Hadits ﷺ baik secara langsung maupun tidak langsung, yang menunjukkan bahwa ulama adalah individu-individu terpilih yang menguasai ilmu Allah Ta’ala secara mendalam dan memiliki akhlak terpuji. Oleh karena itu, ulama yang saya maksud di sini adalah seorang ahli yang memiliki pengetahuan mendalam tentang agama Islam dengan syarat-syarat tertentu sebagai seorang ulama. Ulama adalah mereka yang mampu mengungkap dan memahami dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits ﷺ dengan sempurna. Mereka juga tidak hanya memahami dalil dan penjelasan dari para ulama masa lalu salaf, bahkan ada yang menghafal ratusan ribu hadits, ilmu yang luas dan sebagainya hingga memenuhi syarat untuk disebut sebagai ulama. Mereka selalu istiqomah dan memperoleh dengan keikhlasan yang diajarkan kepada mereka dari Nabi ﷺ. Islam telah mengakui ulama sebagai ahli waris para nabi sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي اْلأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ» “Siapa saja yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, Allah memperjalankannya di atas salah satu jalan surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap mereka karena ridha kepada penuntut ilmu. Sesungguhnya seorang alim itu dimintakan ampunan oleh makhluk yang ada di langit dan di bumi hingga ikan yang ada di dasar lautan. Sesungguhnya keutamaan seorang alim atas seorang abid ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mewariskan ilmu. Karena itu, siapa saja yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang besar.” HR Abu Dawud, Ibn Majah, at-Tirmidzi, Ahmad, ad-Darimi, al-Hakim, al-Baihaqi dan Ibn Hibban. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan di sini bahwa ulama adalah golongan yang mendapatkan keuntungan dan kemuliaan dalam agama Islam dengan mengakui mereka sebagai ahli waris para nabi. Karena ulama memiliki tempat khusus dalam masyarakat, maka banyak kelompok tertentu yang seolah-olah mengaku setingkat dengan ulama padahal ia baru saja pada tahap awal memahami ilmu-ilmu keislaman. Kelompok inilah yang akan menghancurkan syariat agama sedikit demi sedikit daripada mengikuti ajaran para ulama yang sesungguhnya. Pentingnya belajar agama langsung dari ulama Kita sudah terbiasa mendengar suara-suara perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok tertentu yang berusaha keras merendahkan ilmu dan kemuliaan para ulama untuk menutupi kelemahan dan kesalahan yang mereka perbuat. Beberapa dari mereka bahkan ada yang berdalih, bahwa para ulama tidak maksum, ia tidak seperti Nabi ﷺ dan kemudian menyarankan bahwa tidak perlu mengikuti bimbingan para ulama untuk memahami urusan Islam. Mereka juga mengatakan bahwa dalil-dalil al-Quran al-Karim dan al-Hadits ﷺ hanya bisa langsung diambil dengan pemahaman mereka sendiri dengan hanya merujuk pada kitab-kitab tertentu. Apakah tindakan ini sesuai dengan Islam? Allah berfirman وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِىٓ إِلَيْهِمْ ۚ فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, Jadi sebaiknya Anda bertanya kepada ahli dzikir ulama jika Anda tidak tahu.” QS al-Nahl Ayat 43. Imam Syatibi dalam karyanya al-Muwafaqat telah menjawab pertanyaan ini dengan argumennya yang mengatakan betapa pentingnya bagi guru untuk memperdalam dan memahami sesuatu. Imam Shatibi juga mengatakan bahwa para ulama telah mengatakan “Sesungguhnya ilmu itu ada di dada guru, kemudian ilmu itu dipindahkan ke dalam kitab. Jadi kunci ilmu tetap di tangan guru.” إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا “Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” HR. Bukhari, Muslim, At-Thabrani, dan Ahmad dari empat orang sahabat. Menurut Imam Syatibi lagi, hadits ini sebagai dalil bahwa guru adalah kunci ilmu dan perlunya menuntut ilmu dari dada guru. Selain itu, bagi siswa/santri yang belum memahami sesuatu yang dipelajarinya, dapat terus meminta penjelasan kepada guru/ulama sampai semuanya jelas. Sedangkan bagi mereka yang belajar tanpa guru, pemahamannya sangat terbatas berdasarkan buku-buku yang ada di hadapannya. Bisa jadi pemahaman mereka benar dan bisa juga pemahaman mereka salah. Makna Nabi ﷺ bersabda الْعِلْمُ خَزَائِنُ وَمِفْتَاحُهَا السُّؤَال ﻣَﻦْ ﻳُﺮِﺩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻪِ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻳُﻔَﻘِّﻬْﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ويلهمه رشده “Ilmu adalah gedung/lemari, sedangkan kuncinya adalah bertanya. Barangsiapa dikehendaki Allah swt kebaikan, maka akan dipahamkan dalam agama, diilhamkan petunjukNya.” HR Bukhari Kritik belajar agama tanpa bimbingan ulama dan guru Sanggahan dan kritik menuntut ilmu tanpa bimbingan ulama/guru saya kutip dari kata-kata Syeikh Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawi. Pernyataannya diambil dari kitabnya al-Sahwah al-Islamiah Baina al-Jumud Wa al-Tatarruf, beliau mengatakan “Kebanyakan dari mereka tidak bertalaqqi belajar langsung dengan ulama dan syeikh yang memiliki ilmu khusus di bidangnya. Di sisi lain, mereka hanya mempelajari halaman demi halaman buku secara langsung tanpa membuka kesempatan dan waktu untuk merujuk dan membahas apa yang akan diambil dan menolak pendapatnya untuk memungkinkan identifikasi pemahaman dan pengetahuan yang ditempatkan dalam perkuliahan di kedalaman. Ini akan disajikan dan dibahas selama masa studi. Namun sayangnya mereka hanya membaca sedikit dan berdasarkan pemahaman yang sangat sedikit mereka lalu mengeluarkan instinbath dan mengeluarkan hukum-hakam.” Barangkali mereka salah membaca, salah paham atau salah mengistinbatkan hukum, tetapi mereka tetap tidak tahu kesalahannya. Lebih lanjut beliau menambahkan “Meski orang-orang ini ikhlas, namun kenyataannya mereka lupa bahwa ilmu Syariat agama Islam dan pemahamannya perlu dirujuk kepada ahlinya yang bisa dipercaya. Memang, mereka tidak akan bisa menyebrangi lautan luas ini sendirian tanpa pemandu ulama/guru yang selalu membimbing tangan mereka. Panduan ini akan menjelaskan kepada mereka apa yang tidak jelas dan istilah-istilah yang memiliki kesamaran dan menjelaskan dari cabang ke apa yang utama dan akan menunjukkan semua kesamaran.” Di akhir penjelasannya tentang hal ini, beliau kembali menegaskan pernyataannya bahwa perlunya berguru untuk mempelajari ilmu agama “Ini mempelajari ilmu agama dengan ulama/guru inilah yang telah diambil sebagai tindakan pencegahan oleh ulama Salafus Sholeh agar menjauhi belajar ilmu dengan cara ini tanpa guru. Mereka berkata Jangan mengambil al-Qur’an al-Karim hanya dengan mushafnya dan bukankah ilmu diambil dengan hanya dari mushafnya kitab. Yang dimaksud dengan mengambil hanya dari mushaf adalah menghafal al-Qur’an al-Karim dari catatan-catatan pada mushaf tanpa berbicara mengambil dan mempelajari ilmu secara tatap muka dengan ulama/guru dengan mulut-mulut guru yang diyakini keilmuannya.” Syekh al-Qaradhawi berkata lagi dalam bukunya al-Sahwah al-Islamiyyah Min al-Murahaqah Ila al-Rusyd “Memang banyak anak muda zaman sekarang yang hanya membaca beberapa buku, khususnya ilmu hadits, kemudian merasa sudah ahli dalam ilmu, padahal belum mencicipi awalnya. Mengklaim bahwa mereka mampu berijtihad dalam urusan agama, sekaligus pengetahuan tentang bahasa Arab dan komponen-komponennya serta nahu dan sumsum tulang belakang. Jika Anda meminta mereka untuk membacakan sebuah ayat, mereka tidak akan dapat menjawabnya dengan baik. Mereka juga tidak mempelajari ilmu Ushul Fiqh! Hanya menebak dugaan apa pun yang seharusnya tahu tentang semua masalah. Hal ini menyebabkan mereka tidak cakap dalam ilmu fiqih apalagi membenamkan diri dalam lautan luas perdebatan yang akan membuat mereka semakin terampil dan mampu memahami dengan baik. Memang orang-orang ini seperti apa yang dikatakan Imam Zahabi, “Saya ingin terbang tetapi tidak ada sayap.” Bisakah langsung belajar langsung dari buku? Meski saya menyerukan menuntut ilmu agama dengan ulama/guru terpercaya, bukan berarti saya menolak sama sekali belajar melalui buku. Hanya saja pembelajaran dengan buku tanpa guru perlu diberikan perhatian tentang kebutuhannya pada suatu saat. Bagi mereka yang berada pada jenjang pendidikan awal dan menengah, maka dapat dipastikan tuntutan untuk mempelajari ilmu secara keguruan lebih diutamakan karena tidak memiliki landasan yang kokoh tentang suatu ilmu tertentu. Setelah mereka memahami dan memperdalam semua dasar-dasar yang diperlukan dengan kuat, maka mereka harus membaca buku-buku terkait untuk menambah pengetahuan mereka. Namun, jika ada hal-hal yang tidak dipahami atau ada kerancuan selama pembacaan/belajar, maka tetap diminta untuk bertanya kembali kepada ulama/guru. Bagi yang tidak berkesempatan untuk menuntut ilmu melalui pendidikan, juga diwajibkan untuk membaca buku atau mendengarkan ceramah dan juga dapat membaca di internet untuk menambah ilmunya. Namun jika ada hal-hal yang kurang dipahami, maka harus merujuk juga kepada ulama/guru terpercaya untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Hal ini dikarenakan seorang ulama/guru memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap ilmu tersebut dibandingkan dengan orang yang hanya membaca buku sebagai referensi. Oleh karena itu, keutamaan dan keunggulan sudah pasti pada mereka yang belajar ilmu agama dengan seorang guru jika dibandingkan dengan kelompok yang belajar ilmu agama tanpa belajar. Karena menuntut ilmu agama dengan menuntut ilmu merupakan jalan yang ditempuh oleh generasi Salaf dan para ulama lainnya. Sedangkan bagi yang sudah mempelajari dan menguasai semua dasar-dasar ilmu dapat membaca sendiri karena mampu memahami isi kitab berdasarkan apa yang telah dipelajari dari para ulama/guru sebelumnya. Penutup Jika agama Islam menganjurkan belajar tanpa guru, mengapa para ulama terdahulu rela merantau dan berpindah-pindah untuk menuntut ilmu pada ulama yang terpercaya alim? Padahal, mereka memiliki ratusan guru yang merupakan ulama muktabar, bukankah ini menunjukkan pentingnya mengajar dalam menuntut ilmu agama? Mungkin ada yang mengira zaman dulu tidak memiliki teknologi yang canggih seperti sekarang, karena itulah mereka hijrah untuk menuntut ilmu. Jika pernyataan ini benar, mengapa Nabi ﷺ menganjurkan umatnya untuk belajar murid dan mengajar guru? Bukankah ini menunjukkan betapa pentingnya mempelajari ilmu agama? Tidak mungkin semua anjuran Nabi ﷺ salah, apalagi tidak mengikuti perkembangan zaman, bukan? Kata Muhammad bin Sirin seorang ulama di era tabi’in sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahih Muslim yang ditulis oleh Imam Muslim; إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِيْنٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِيْنَكُمْ Sesungguhnya ilmu itu adalah agama. Maka dari itu, perhatikan dari siapa kalian mengambil agama kalian. Lihat Muqaddimah Shahih Muslim.*/Muhammad Rashidi Wahab, alumni Al-Azhar,

belajar tanpa guru bagaikan